Profil Desa Pageraji

Ketahui informasi secara rinci Desa Pageraji mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pageraji

Tentang Kami

Profil Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Banyumas. Kenali denyut nadi sentra industri bata merah tradisional, serta dinamika unik kehidupan masyarakatnya sebagai desa perbatasan yang menjadi gerbang barat Kabupaten Banyumas.

  • Sentra Industri Bata Merah

    Desa Pageraji merupakan salah satu pusat utama produksi bata merah di Banyumas, di mana industri padat karya ini menjadi tulang punggung perekonomian bagi sebagian besar warganya.

  • Desa Perbatasan yang Strategis

    Secara geografis, Pageraji berfungsi sebagai "gerbang barat" Kabupaten Banyumas yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Brebes, menciptakan dinamika sosial dan budaya yang unik.

  • Ekonomi Berbasis Sumber Daya Lokal

    Perekonomian desa secara langsung ditopang oleh pemanfaatan sumber daya alam lokal, terutama tanah liat untuk industri bata merah dan lahan subur untuk pertanian.

Pasang Disini

Di ujung barat Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, terdapat sebuah desa yang perannya seringkali sunyi namun fundamental. Desa Pageraji, sebuah nama yang menyiratkan fungsi sebagai penjaga batas, tidak hanya berdiri sebagai gerbang geografis yang menghubungkan Banyumas dengan Kabupaten Brebes, tetapi juga menjadi salah satu pilar penopang pembangunan regional melalui industri bata merah tradisionalnya yang masif.

Kehidupan di Pageraji merupakan potret nyata dari kerja keras dan daya tahan. Di antara kepulan asap dari tungku pembakaran (tobong) dan lalu lalang kendaraan lintas wilayah, masyarakatnya menggantungkan hidup pada sumber daya tanah. Desa ini menuturkan sebuah kisah tentang bagaimana sebuah posisi di perbatasan dan kekayaan alam lokal dapat membentuk karakter ekonomi, sosial dan budaya yang khas, menjadikannya wilayah yang tangguh dan vital.

Pageraji di Persimpangan: Geografi dan Demografi

Secara administratif, Desa Pageraji terletak di Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Keunikan utamanya ialah lokasinya yang strategis, berbatasan langsung dengan Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes. Posisi ini menjadikannya zona transisi, tempat bertemunya dua corak budaya dan ekonomi yang berbeda.

Desa Pageraji memiliki luas wilayah sekitar 5,09 kilometer persegi (509 hektar). Berdasarkan data kependudukan dari Badan Pusat Statistik (BPS), populasi desa ini tercatat sebanyak 9.648 jiwa. Dengan demikian, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 1.895 jiwa per kilometer persegi. Komposisi demografisnya beragam, dengan mayoritas penduduk bekerja sebagai perajin bata merah, petani, dan pedagang.

Topografi wilayahnya bervariasi antara dataran rendah dan perbukitan landai. Struktur tanahnya yang kaya akan kandungan liat menjadi anugerah alam yang menjadi fondasi bagi berkembangnya industri bata merah skala besar yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

Pager Aji: Filosofi Nama dan Jejak Sejarah sebagai Penjaga Batas

Nama "Pageraji" memiliki makna filosofis yang dalam dan diyakini kuat kaitannya dengan fungsi historis desa ini. Nama tersebut berasal dari dua kata Jawa: Pager yang berarti "pagar" dan Aji yang dapat diartikan sebagai "raja," "berharga," atau "mulia." Dengan demikian, "Pageraji" dapat dimaknai sebagai "Pagar Raja" atau "Pagar yang Berharga."

Menurut penuturan para sesepuh lokal dan studi toponimi, nama ini merefleksikan peran Desa Pageraji di masa lampau sebagai benteng atau batas terluar dari wilayah kekuasaan Kadipaten Banyumas. Ia menjadi "pagar" hidup yang membatasi dan menjaga teritori dari pengaruh wilayah lain di sebelah barat. Filosofi ini terus relevan hingga kini, di mana Pageraji secara de facto masih menjadi gerbang utama yang menandai batas antara budaya Banyumasan dengan budaya Priangan Timur atau Sunda-Brebes.

Denyut Nadi Industri Bata Merah Tradisional

Jika ada satu hal yang mendefinisikan ekonomi Desa Pageraji, itu ialah industri bata merah. Di sepanjang desa, pemandangan tumpukan bata yang sedang dijemur dan tobong pembakaran yang mengepulkan asap merupakan hal yang lumrah.

Proses Padat Karya: Dari Tanah Menjadi Pondasi

Proses pembuatan bata di Pageraji masih dilakukan secara tradisional dan padat karya. Dimulai dari penggalian tanah liat dari lahan-lahan khusus, kemudian tanah diolah dengan air hingga menjadi adonan yang kalis. Adonan ini lalu dicetak secara manual menggunakan cetakan kayu, menghasilkan balok-balok bata mentah. Bata mentah ini kemudian dijemur di bawah terik matahari selama beberapa hari hingga kering sempurna. Tahap terakhir ialah proses pembakaran di dalam tobong selama berhari-hari untuk menghasilkan bata merah yang keras, matang, dan siap digunakan sebagai material bangunan.

Roda Ekonomi dan Tantangan Lingkungan

Industri ini menjadi sumber pendapatan utama bagi ratusan keluarga di Pageraji. Ia menciptakan rantai ekonomi dari para penggali tanah, pencetak, hingga para pekerja di tobong pembakaran dan distributor. Bata produksi Pageraji dikenal memiliki kualitas yang baik dan dipasarkan ke berbagai wilayah di Banyumas, Brebes, hingga Cilacap.

Namun di balik perannya sebagai penggerak ekonomi, industri ini juga menyimpan tantangan serius. Asap dari proses pembakaran menjadi sumber polusi udara yang signifikan. Selain itu, kegiatan penambangan tanah liat secara terus-menerus berisiko menyebabkan degradasi lahan dan kerusakan lingkungan jika tidak dikelola dengan prinsip keberlanjutan.

Dinamika Kehidupan di Desa Perbatasan

Menjadi desa perbatasan memberikan warna tersendiri bagi kehidupan sosial di Pageraji. Desa ini merupakan titik temu, tempat interaksi yang intens terjadi setiap hari.

Gerbang Pertemuan Budaya

Akulturasi budaya terasa kental di Pageraji. Dialek bahasa Jawa Banyumasan (Ngapak) yang digunakan warganya terkadang bercampur dengan kosakata atau intonasi dari dialek Sunda-Brebes. Tradisi, kebiasaan, hingga selera kuliner pun saling berpenetrasi, menciptakan sebuah identitas sosial yang unik dan hibrida.

Pusat Transit dan Perdagangan Lokal

Sebagai wilayah yang dilintasi jalur penghubung antar-kabupaten, Pageraji memiliki dinamika ekonomi yang tinggi. Banyak warung makan, toko kelontong, dan bengkel yang tumbuh untuk melayani para pelintas. Pasar desa pun menjadi lebih ramai karena menjadi titik temu bagi para pedagang dan pembeli dari dua kabupaten yang berbeda.

Sektor Pertanian sebagai Penopang Tambahan

Meskipun industri bata merah mendominasi lanskap ekonomi, sektor pertanian tetap menjadi penopang penting bagi kehidupan masyarakat. Di lahan-lahan yang tidak digunakan untuk penambangan liat, warga menanam padi dan palawija untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan dijual sebagai pendapatan tambahan. Keberadaan sektor pertanian memberikan jaring pengaman ekonomi, terutama ketika permintaan di sektor konstruksi sedang lesu.

Tantangan Pembangunan dan Visi ke Depan

Desa Pageraji menghadapi serangkaian tantangan pembangunan yang kompleks. Prioritas utama ialah mencari jalan tengah antara keberlangsungan industri bata merah dengan kelestarian lingkungan. Pengenalan teknologi produksi bata yang lebih ramah lingkungan, seperti bata pres tanpa bakar atau tungku pembakaran yang lebih efisien, menjadi sebuah keniscayaan untuk masa depan.

Selain itu, diversifikasi ekonomi juga diperlukan untuk mengurangi ketergantungan pada satu sektor. Pengembangan potensi UMKM di bidang lain, seperti kuliner atau jasa, dapat menjadi alternatif. Dari sisi sosial, peningkatan infrastruktur jalan sebagai jalur vital antar-kabupaten dan pengelolaan dampak sosial sebagai daerah transit juga menjadi agenda penting bagi pemerintah desa.

Visi Desa Pageraji ke depan ialah menjadi desa perbatasan yang maju, berdaya saing, namun tetap sadar lingkungan. Sebuah desa yang mampu mengubah posisi geografisnya menjadi keunggulan ekonomi, sekaligus berinovasi untuk menjadikan industri utamanya lebih berkelanjutan.

Pada hakikatnya, Desa Pageraji merupakan sebuah metafora tentang fondasi. Dari rahim buminya, ia menyediakan material untuk membangun peradaban fisik, dan dari posisinya di perbatasan, ia menjadi fondasi bagi pertemuan dan pertukaran budaya. Desa ini adalah bukti nyata tentang kerja keras dan peran sunyi sebuah komunitas dalam menyokong denyut nadi kehidupan sebuah wilayah.